Sahabat, aku masih ingat momen itu, momen ketika aku main ke ruang kamarmu kita sama - sama tertawa bercanda seolah - olah besok adalah hari kita tidak akan bertemu lagi, mungkin bertemu, tapi entah kapan, dimana dan pada usia berapa.
Sahabatku, tiada yang menyuruhmu mengambil papan tulis putih yang biasa tergantung diam di dinding kamar itu. Kau hapus semua rumus - rumus pelajaran, kau hapus semua target - target pribadimu kemudian kau hapus impianmu sendiri diatasnya. Mari kita buat impian bersama. Impian yang akan kita rasakan bersama, tidak hanya dirimu.
Papan itu telah bersih, hitamnya tinta spidol sekarang melekat di kertas yang kau gosokkan tadi. Kertas itu tak apa hitam, asalkan papan ini putih, agar bisa kita tulis kembali impian kita bersama, bukan impian egois kau saja, impian kita. Kau singkirkan semua milikmu dan susun impian milik kita.
Kemudian kau bertanya, apa yang kau tuju setelah masa SMA? Aku tidak pernah meminta kau bertanya seperti itu, lalu aku bingung. Lho ini untuk apa.
Kemudian aku mencoba menjawab disertai gelakkan yang sebenarnya tidak membuatku yakin kepada apa yang kuucapkan tadi. Aku goyah seperti pagar besi tinggi yang dikoyak oleh segerombol mahasiswa. Tak apa lah aku jawab seperti itu.
Kemudian kau tanyakan lagi pada teman lain, sahabatku, apa yang akan kau tuju setelah masa SMA?
Pertanyaan itu kau ulang - ulang terus, dan semakin membuatku merasa yakin, yakin karena kau sahabatku adalah pemimpi gila. Setiap orang yang masuk ke kamar itu selalu kau tanyai, aku tak tahu apa maksudmu. Aku baru tahu sahabatku, dikala itu kau sedang membangun mimpi.
Setelah kau tanyai sahabatku, kau mengeja namaku yang panjang dengan baik di atas papan putih tadi. Tinta hitamnya habis, tak apa, masih ada tinta merah, tak apa asalkan impian kita masih bisa tertulis walau dengan tinta darah sendiri.
Satu persatu nama kau tulis diiringi dengan tujuan kami masing - masing setelah lulus SMA. Sudah penuh. Papan putih kecil ini tidak bisa lagi memuat nama dan impian kami, mungkin hanya tiga atau empat nama. Papan tulis yang kecil berisikan mimpi kami sebesar dunia. Tak ada apa - apanya papan itu.
Kemudian sahabatku, kau gangungkan kembali papan kecil yang berisikan mimpi kita di tempat semaula kau meletakkannya. Aku rasa kau sengaja meletakkanny agak tinggi, agar setiap orang bisa melihatnya, agar setiap orang harus mendongakkan kepala mereka untuk melihat mimpi yang sama - sama kita buat. Dan kita sama - sama berbangga melihatnya, kita bukan aku bukan engkau sendiri sahabatku karena ini mimpi kita.
Di papan itu kita semua tergelak berharap Tuhan mengiyakan mimpi yang kita tuliskan. Kami tidak berharap Tuhan sedang melihat kami berdoa melalui papan putih itu, karena kami tahu, Tuhan selalu mendengar, tidak pernah tidur dan selalu mengabulkan doa hambanya. Lihatlah Tuhan yang kami tidak tahu Engkau dimana, tapi kami yakin Engkau tahu diri ini. Kira - kira itu yang kami haturkan pada-Mu.
Sampai satu saat aku terlupa dengan mimpi yang kau tulis indah di papanmu itu tadi sahabatku. Aku terlalu sibuk dengan mimpi - mimpiku yang lain. Tak banyak lagi aku perhatikan mimpi kita, tak banyak lagi aku sirami mimpi kita, tak banyak lagi aku lihat papan itu. Walaupun begitu, mimpi kita tidak akan berubah kan sahabatku?
Sudah lama aku lupa dengan mimpi kita sahabatku. Potongan mimpiku dan mimpimu. Sampai ada satu moment dikala aku harus mengingat kembali saat kau tuliskan namaku di papan putih itu.
Ya
Satu - persatu ...
Sahabatku, dulu apa yang kita tuliskan sekarang sudah berada dalam genggaman, yang dulu itu hanya menjadi sebuah harapan sekarang menjadi kenangan, dulu itu hanya tulisan yang bisa kita pamerkan sekarang kita bisa sama rasakan, yang dulu mimpi itu tergantung bisu sekarang mulai menceritakannya kepada kita semua sahabatku bahwa mimpi itu sudah terwujud.
Aku minta maaf aku sempat melupakannya, tapi mulai saat aku rasa mimpi itu telah di genggaman aku tak akan pernah lepaskan.
Aku merasa bersyukur di kala itu kau menuliskan namaku, kau ikutkan aku dengan namaku kedalam mimpi kita malam itu. Terima kasih sahabatku, kau hanyutkan aku dengan mimpi - mimpi kita kedalam lantunan doa yang kita selalu adukan pada Tuhan pada setiap doa - doa kita.
Teringat oleh ku sahabatku, kau menuliskan namaku dan tujuanku, kira - kira seperti ini :
Muhammad Asadullah Al Ghozi : Ilmu Politik Universitas Indonesia
disertai dengan nama - nama kalian sahabatku, semoga kalian semua mendapatkan gambar kira - kira seperti ini waktu itu
Aku mendapatkan seperti apa yang kau tuliskan sahabatku
Aku minta maaf lagi. Tidak apa kan ? karena manusia selalu salah.
Tulisanku di post ini sempat kuniatkan hanya menjadi milikku, ternyata aku salah sahabatku, kau juga ada di dalam tulisan ini berarti sekarang ini tulisan kita sahabatku. Kau boleh menyimpannya di papan putih kecil milikmu tapi aku yakin ini semua tidak akan termuat karena mimpi kita sebesar dunia.
Karena itu sahabatku, tuliskanlah doa - doa kita dalam lantunan doa kita pada Tuhan Yang Maha Esa yang akan selalu mendengar doa kita sahabatku.
Karena impian kita tidak sebatas papan putih, impian kita tidak terbatas, dan Tuhan tidak terbatas.
Kenangan malam itu, dikala kau menuliskan mimpi kita di atas papan putih
Salam untuk Angkatan 2 SMA N 1 Sumatera Barat ( Khatsanah )
yang kami cintai
Untuk semua guru, pembina asrama, serta setiap manusia yang aku temui di dalamnya
Serta kepada teman - teman, sahabat hebat yang tak akan terlupakan
dan kepada Pemimpi - pemimpi gila
dan kepada Pemimpi - pemimpi gila
Sahabatku, aku tuliskan kenangan kita agar aku tidak akan lupa
dan semua orang bisa iri karena tidak menjadi kenangan bersama kita
kenangan ini tetap abadi selama kita masih mengingatnya
Sahabatku
Good Job ma broo.. :))
ReplyDeleteNice thanks rifal.
Delete:"D
ReplyDelete:"D
ndeh ngena banget tulisannya ghoz. seriusan.
kenanglah. Sahabatku
Terima kasih sahabatku.
DeleteItu kisah kita, dimana ada kamu didalamnya
Baru baca saya ghoz. Lah 4 tahun lo kuliah. Butuh papan baru bantuaknyo ghoz hahaha
ReplyDelete