Tuesday 21 July 2015

Sebuah Filosofi

Satu hari seorang pemuda menyusuri gelapnya hutan untuk menuju rumah gurunya di ujung hutan itu. Ada sesuatu penting yang ingin ia tanyakan pada guru tentang suatu perihal. Setelah berjalan lama ia menemukan rumah sederhana di tepi hutan. Ia mengetuk pintu dan masuk ke rumah gurunya itu.

"Ada apa kamu menemuiku?" tanya guru
"Ada yang ingin aku tanyakan guru"
"Apakah itu ?" balas guru
"Aku merasa aku tidak mempunyai kesabaran, hatiku terasa sempit. Aku mudah dengki, aku mudah benci. Hidupku semakin suram, semakin sempit. Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" tanya pemuda itu.

Kemudian sang guru menyuruh pemuda tadi mengambil air satu botol dan garah satu genggaman tangannya. Sang guru menyuruh pemuda tadi untuk mencampurkan air dengan satu genggam garam yang telah diambilnya tadi.

"Minumlah!" perintah gurunya

Pemuda itu langsung meminumnya. Saat itu ia meminumnya saat itu juga pemuda tadi memuntahkannya kembali.

"Apa yang kamu rasakan?"
"Asin, rasanya tidak enak. Apa maksud guru?"
"Ambillah lagi satu genggam garam dan ikuti aku"

Tanpa banyak bertanya si pemuda menuruti perkataan sang guru.
Bertolaklah mereka berdua kedalam rimbunnya hutan, dengan garam yang berada di genggaman sang pemuda tadi. Sang pemuda tidak bertanya kemana kita akan pergi karena ia tentu sudah yakin bahwa ia akan menemukan jawaban dari sang guru. Semakin lama ia berjalan, semakin lembab dan semakin gelap hutan itu terasa. Semakin masuk ia ke tengah - tengah hutan.

Secercah cahaya menampar wajah mereka, untuk beberapa saat matanya terpejam karena silaunya sinar matahari. Pemuda tadi menemukan telaga air yang sangat luas. Lalu apa maksud sang guru membawanya ke dalam hutan dan menemukan telaga yang luas.

"Coba kamu minum seteguk air itu". Pemuda tadi menuruti perintah guru.
"Kemudian lemparkan garam yang kamu bawa itu !". Pemuda tadi melemparkannya.
"Minum lagi air yang telah kamu campur dengan garam". Pemuda itu minum
"Apa yang kamu rasakan?"
"Airnya begitu segar, air telaga ini menghilangkan haus dahaga setelah berjalan lama di tengah hutan" pemuda itu puas.

Terduduk pemuda tadi dan guru seraya menatapi telaga yang luas., berkatalah sang guru.
"Seperti itulah hidupmu. Seperti itulah hatimu. Garam yang kamu lemparkan tadi diibarakan masalah dalam hidupmu, masalah apa saja, masalah pribadi, lingkungan, sosial. Sedangkan air itu diibarakan hatimu. Jika airmu (hati) sedikit dan dicampur dengan garam yang ada ditanganmu, maka air itu menjadi asin dan tidak akan melepas rasa dahagamu. Jika airmu itu seluas telaga ini ketika dicampurkan dengan hanya garam di genggaman tanganmu maka air itu tetap segar. Jadilah kamu seperti telaga yang airnya menyegarkan setiap dahaga orang yang meminumnya, garam yang kamu lemparkan kedalam telaga tadi tidak ada artinya bagi telaga ini. Janganlah kamu menjadi orang seperti air botol tadi, air asin yang tidak enak untuk diminum. Dalam menanggapi masalah, kamu harus mejadi telaga yang luas, seberapapun masalah yang kamu punya kamu tidak terlalu memikirkan masalah itu. Sebaliknya kamu adalah air botol, masalah yang datang malah akan mencemari dirimu. Perluaslah hatimu, hadapi setiap masalah dengan bijak, jangan gegabah dan mudahlah untuk memaafkan seseorang, maka kamu akan jadi telaga"

0 Komentar Absurd:

Post a Comment

Komentar