Thursday, 25 February 2016

Berkah Imlek di Hari Senin

Hari itu, hari yang biasanya ditakutkan oleh semua anak sekolah dan orang kantoran karena masuk sekolah dan kantoran sempat libur karena Hari Raya Imlek. Jadi buat kalian yang diliburkan karena Imlek, berterima kasihlah kepada Mantan Presiden Gus Dur yang telah menetapkannya sebagai hari libur. Hari itu gue sama keluarga di Jakarta, pergi piknik ke pantai Taman Impian Jaya Ancol. Sebenarnya jarang-jarang sih keluarga gue pergi piknik bareng, tapi gak apa-apa, namanya juga sekali-kali.

Ekspektasi gue, kami bakal berangkat pakai mobil sewaan semacam minibus yang sudah tak perlu disebutkan lagi. Perkiraan gue salah. Setelah siap-siap berangkat, mobilnya juga sudah menunggu di luar nyatanya gue melihat angkot merah kwk 25 jurusan Pd. Kopi-Rawamangun. Gue langsung pikir, what?! Gue masih ragu-ragu dan kagok buat naik waktu itu. Seolah-olah mobil ini adalah supercar yang kalau tidak sengaja menggoresnya maka dikurung penjara. Ternyata bukan begitu.

Yaudah, gue naik ke angkot merah. Perjalanan dihiasi dengan suasana angkot yang begitu kuat, karena memang begitu adanya. Di jalan, gue planga plongo ngeliatin jalan, mobil dan gedung seolah-olah gue adalah manusia gua yang cuma tau “huuba huba huba”. Setelah gue pikir lagi, ternyata naik angkot juga bisa bikin nyaman. Gue dibuat ngantuk oleh angin yang masuk dari jendela terbuka, tapi gak bisa tidur karena alasan tadi.
Akhirnya, kira-kira satu setengah jam gue di mobil dan akhirnya sampai. Bocoran buat kalian, tiket masuknya sekarang 25 ribu per orang. Kami masuk, cari parkiran yang dekat pantai tempat anak-anak main-main. Beberapa lama nyari parkiran akhirnya dapat juga. Posisinya pas, setidaknya agak sedikit miring dari garis parkir. Tak apa.
Gue akhirnya sampai di depan pantainya, dan satu hal yang buat gue miris yaitu, ternyata pantai ancol itu gak seindah yang gue lihat di televisi. Kecil, sempit, rame. Bibir pantainya, yang biasa anak-anak main pasir itu panjangnya gak lebih dari peron stasiun Pondok Cina. Kecil banget. Kalo begini gue milih main di stasiun Pondok Cina. Udah gitu, pemandangan kita terbatas, soalnya jauh di depan pantai ada tembok pemecah ombak yang cukup tinggi.
Gue gak gabung anak-anak main air, karena gue gak bawa pakaian ganti and i thought it is no more fun than play game. Yaudahlah, gue bantuin kakek nenek buat bentangin tikar dan ngurusin mereka. Di sana gue gak kemana-mana, cuma duduk liatin anak-anak main, tau-tau ada aja yang udah ngilang makanya diawasi. Kalau gue gak salah, gue makan gado-gado yang katanya pedes. Waktu gue cobain, gue gak ngerasa pedes sama sekali, apaan nih gak pedes. Gue makan banyak, cukup dua bungkus nasi, anginnya kencang membuat rambut gue tertiup seakan-akan gantengmeter gue naik 2 tingkat gitu. Makan udah habis, anginnya kencang, gue berencana pergi ke anjungan di dekat pantai.

Anjungannya bagus. Gue ingat satu adegan FTV di sana, ketika dia mau loncat terus dicegah cewek yang ngira dia mau bunuh diri. Ini kan kurang pas, masa bunuh diri di pantai berair dangkal. Cara bunuh diri yang buruk. Okay, back. Jadi semakin gue ke ujung anjungan itu, anginnya terasa makin kenceng. Sehingga gantengmeter gue naik beberapa tingkat lagi. Banyak sih di sana yang foto-foto, muda mudi seperti itu, gak ada yang kakek kakek ambil selfi, gak ada. Gue sengaja gak ambil foto selfie atau apapun karena ya menurut gue itu norak banget ketika lu selfie sendirian, gak ada yang nemenin. Kocak aja gitu. Kecuali lu selfie berempat atau lima orang temen lu, nah itu lebih norak lagi. Tapi kan bareng-bareng noraknya, jadi gak apa-apa. Gue gak lama di situ, gak kuat anginnya gede banget, kenceng. Gak kuat juga lihat muda-mudi selfie-selfie, sedang gue planga-plongo terpapar angin pantai nan berdebu. Ea.

akhirnya gue bosen, gue iseng beli ice cream sama mamang ice cream. Ice cream yang dijualnya mahal semua. Seolah-olah gak dijual di tempat lain. Yaudah gue cari aja yang murah, dapet sih, es krim Cuma enam ribu. Yaudah, gak lama setelah itu gue balik ke rumah. Masih dengan angkot merah, belum ganti jadi lamborghini. Kali ini lewat jalan yang berbeda, via Tanjung Priuk. Waktu di jalan, gue sempat ketiduran karena ngantuk banget, capek juga. Ternyata kami gak langsung pulang ke rumah, tapi singgah dulu di salah satu rumah saudara juga, uwak gue. Di sana gue udah terkapar duluan, tidur. Dibangun-bangunin malah disuguhin nasi uduk. Ya gue makan. Habislah nasi uduk hari itu juga. Waktu itu udah hujan lebat, dingin, dan gue tidur di lantai karena saking capeknya.

Setelah maghrib, kami balik ke rumah di Perumnas Klender.

0 Komentar Absurd:

Post a Comment

Komentar