Semarang, 27 Agustus 2017
Terima kasih masa lalu yang mengajarkan soal masa sekarang, dan terima kasih waktu yang mengajarkan masa depan. Mengenangmu di ujung senja adalah suatu keindahan saat itu.
Mengingatmu di saat dunia seolah olah berpaling dari ku membuat aku percaya bahwa ada kamu yang menemani. Kita sepakat sekarang, dan baru bersepakat bahwa kita punya rasa yang sama di masa lalu. Terima kasih atas hal itu.
Sampai sekarang aku senang masih mengenalmu.
Teruntuk rasa sayang yang lupa ku ucapkan
Aku baru bisa berdamai dengan rasa yang lalu setelah aku pergi darimu. Pergi menjauh dengan rasa yang saat itu tidak karuan, rasa dengan harap kalau kamu juga begitu. Aku hanya tidak mengatakannya padamu, terlalu banyak duri di lidahku sehingga butuh lebih banyak waktu untuk mencabutnya daripada mengatakannya padamu.
Kamu pernah berlari hingga nafasmu terasa sesak? Merindukanmu lebih menyesakkan dari itu.
Aku sayang kamu
Namun kata kata itu tidak bermakna lagi, karena kamu sudah tidak lagi dan aku juga, kita sepakat dengan hal itu. Kita berdamai dengan perasaan kita masing-masing.
Teruntuk masa lalu yang ingin ku ucapkan terima kasih.
Anggap saja kita empat tahun lalu adalah senja di ufuk barat yang akan segera tenggelam mengantarkan pada malam, namun tidak hilang, hanya tertutup; tak tampak bukan berarti tidak ada lagi.
Anggap saja waktu itu menjadi gula merah yang memaniskan kopi di pagi hari. Ketika kita mengingatnya membuat kita tersenyum sendiri, bahwa kita pernah punya rasa yang sama sama tidak diungkapkan.
Kita sekarang adalah kamu dan aku yang menyayangi orang yang berbeda; kita berada di posisi yang tidak sama seperti empat tahun lalu. Empat tahun yang ingin ku ucapkan terima kasih karena aku melaluinya bersamamu. Tidak banyak yang bisa ku puitiskan, karena aku bukan pujangga kata yang mampu membuat kata-kata indah.
Mungkin rasanya pahit getir mengingatnya, ketika rasa selama empat tahun itu terkubur di hati masing-masing. Namun entahlah sekarang, setelah ia terlewatkan aku tidak bisa memaksakannya tumbuh lagi. Bagimu itu urusanmu.
Mungkin juga lucu rasanya ketika kita baru bisa jujur pada diri sendiri soal apa yang kamu dan aku rasakan selama ini. Keengganan membuat semuanya terlewatkan.
Semuanya adalah sesuatu tentang yang terlewatkan.
Kita baru bisa untuk jujur pada diri sendiri. Mungkin menyakiti hati kita, namun kuharap tidak menyakiti orang yang kamu sayangi.
Kita belum berpisah, kita masih berteman. Kita adalah kita empat tahun yang lalu, namun dengan perasaan yang tidak lagi sama.
Terima kasih masa lalu yang mengajarkan soal masa sekarang, dan terima kasih waktu yang mengajarkan masa depan. Mengenangmu di ujung senja adalah suatu keindahan saat itu.
Mengingatmu di saat dunia seolah olah berpaling dari ku membuat aku percaya bahwa ada kamu yang menemani. Kita sepakat sekarang, dan baru bersepakat bahwa kita punya rasa yang sama di masa lalu. Terima kasih atas hal itu.
Sampai sekarang aku senang masih mengenalmu.
Teruntuk rasa sayang yang lupa ku ucapkan
Aku baru bisa berdamai dengan rasa yang lalu setelah aku pergi darimu. Pergi menjauh dengan rasa yang saat itu tidak karuan, rasa dengan harap kalau kamu juga begitu. Aku hanya tidak mengatakannya padamu, terlalu banyak duri di lidahku sehingga butuh lebih banyak waktu untuk mencabutnya daripada mengatakannya padamu.
Kamu pernah berlari hingga nafasmu terasa sesak? Merindukanmu lebih menyesakkan dari itu.
Aku sayang kamu
Namun kata kata itu tidak bermakna lagi, karena kamu sudah tidak lagi dan aku juga, kita sepakat dengan hal itu. Kita berdamai dengan perasaan kita masing-masing.
Teruntuk masa lalu yang ingin ku ucapkan terima kasih.
Anggap saja kita empat tahun lalu adalah senja di ufuk barat yang akan segera tenggelam mengantarkan pada malam, namun tidak hilang, hanya tertutup; tak tampak bukan berarti tidak ada lagi.
Anggap saja waktu itu menjadi gula merah yang memaniskan kopi di pagi hari. Ketika kita mengingatnya membuat kita tersenyum sendiri, bahwa kita pernah punya rasa yang sama sama tidak diungkapkan.
Kita sekarang adalah kamu dan aku yang menyayangi orang yang berbeda; kita berada di posisi yang tidak sama seperti empat tahun lalu. Empat tahun yang ingin ku ucapkan terima kasih karena aku melaluinya bersamamu. Tidak banyak yang bisa ku puitiskan, karena aku bukan pujangga kata yang mampu membuat kata-kata indah.
Mungkin rasanya pahit getir mengingatnya, ketika rasa selama empat tahun itu terkubur di hati masing-masing. Namun entahlah sekarang, setelah ia terlewatkan aku tidak bisa memaksakannya tumbuh lagi. Bagimu itu urusanmu.
Mungkin juga lucu rasanya ketika kita baru bisa jujur pada diri sendiri soal apa yang kamu dan aku rasakan selama ini. Keengganan membuat semuanya terlewatkan.
Semuanya adalah sesuatu tentang yang terlewatkan.
Kita baru bisa untuk jujur pada diri sendiri. Mungkin menyakiti hati kita, namun kuharap tidak menyakiti orang yang kamu sayangi.
Kita belum berpisah, kita masih berteman. Kita adalah kita empat tahun yang lalu, namun dengan perasaan yang tidak lagi sama.